Sebagai masyarakat awam yang selama ini memandang Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai simbol kemanusiaan, konflik perebutan kepemimpinan antara Jusuf Kalla (JK) dan Agung Laksono menjadi hal yang sangat disayangkan. PMI adalah organisasi yang seharusnya berdiri di atas nilai-nilai kemanusiaan, bukan tempat untuk berebut kekuasaan.
Bagi kami, PMI bukan sekadar nama, tetapi harapan. Saat bencana melanda atau ketika membutuhkan donor darah, PMI adalah yang pertama kali muncul di benak kami. Namun, dengan adanya dualisme kepemimpinan ini, kepercayaan kami mulai goyah. Bagaimana kami bisa yakin PMI tetap mampu melayani masyarakat ketika para pemimpinnya sibuk dengan konflik?
Kepercayaan yang Terancam Hilang.
Masyarakat selama ini mendukung PMI karena percaya bahwa organisasi ini bekerja untuk kepentingan bersama, tanpa memandang siapa yang dibantu. Konflik internal ini membuat kami bertanya-tanya, apakah masih ada tempat bagi kami untuk percaya pada PMI? Dualisme ini tidak hanya memengaruhi citra PMI, tetapi juga rasa aman kami saat membutuhkan bantuan.
Sebagai orang awam, kami tidak mengerti detail konflik ini, tetapi satu hal yang kami tahu: konflik seperti ini hanya akan merugikan masyarakat. Siapa yang akan membantu kami jika PMI tidak lagi fokus pada tugasnya?
Organidas Kemanusiaan, Bukan Ajang Politik
PMI seharusnya menjadi teladan bagi organisasi lain dalam menunjukkan bagaimana semangat kemanusiaan bekerja. Namun, konflik ini memberikan kesan bahwa ada kepentingan pribadi dan politik di baliknya. Kami kecewa, karena PMI yang kami kenal selalu netral dan murni bekerja untuk kemanusiaan.
Sebagai masyarakat, kami tidak peduli siapa yang menjadi ketua. Yang kami butuhkan adalah organisasi yang solid, transparan, dan mampu memberikan bantuan tanpa terpengaruh konflik atau kepentingan politik.
Baca juga:
Tony Rosyid: Pilgub di IKN Memanas
|
Harapan dari Masyarakat
Kami berharap konflik ini segera diselesaikan. Jangan biarkan perebutan kekuasaan mengorbankan pelayanan PMI kepada masyarakat. Apa pun yang menjadi penyebabnya, kami hanya ingin melihat PMI kembali fokus pada tugasnya: membantu masyarakat tanpa pamrih.
Baca juga:
Gamawan Fauzi: Semua Ada Akhirnya
|
PMI bukan milik segelintir orang yang bertikai, tetapi milik semua masyarakat Indonesia. Kami yang mendukung, menjadi relawan donor darah, atau menerima bantuan dari PMI, berhak memiliki PMI yang utuh dan terpercaya.
Pada akhirnya, kami hanya ingin mengingatkan: PMI adalah tentang kemanusiaan, bukan kekuasaan. Jika masyarakat kecil seperti kami bisa tetap bersatu menghadapi tantangan hidup, mengapa organisasi sebesar PMI tidak bisa melakukan hal yang sama? (Tantular)