Episode: Rp 12 Milyar Menghilang, Siapa yang Makan Kerupuknya?
Korupsi di RSUD Al Ihsan Baleendah, Kabupaten Bandung, jadi bahan gosip paling heboh sejak munculnya grup WhatsApp keluarga. Bukan sekadar gosip murahan, kasus ini melibatkan ASN Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang katanya "pelayan masyarakat, " tapi malah jadi "pelayan dompet pribadi." Dengan angka kerugian negara yang bikin mata melotot—Rp12 miliar lebih—drama ini jelas mengalahkan cerita hantu di rumah sakit mana pun.
Ketika RSUD Jadi "Rumah Sakit Uang Disikat"
RSUD Al Ihsan seharusnya jadi tempat menyembuhkan penyakit, tapi siapa sangka malah jadi lokasi menyakitkan hati rakyat. Dana yang harusnya buat beli alat canggih atau perbaikan fasilitas malah lenyap entah ke mana. Katanya, modusnya mulai dari mark-up proyek sampai jurus klasik "pengadaan barang fiktif." Kalau uang ini punya mulut, mungkin dia bakal teriak, "Tolong, saya diculik!"
Coba bayangkan, pasien datang buat berobat, tapi alat medis rusak, AC nggak dingin, bahkan kursi tunggu juga berderit. Eh, ternyata uang buat perbaikan malah dipakai buat apa? Mungkin beli kopi premium buat rapat yang nggak rapat-rapat amat.
Korupsi: Penyakit Kronis Tanpa Resep Penyembuhan
Indonesia memang juara kalau soal korupsi. Tapi siapa sangka, sektor kesehatan yang jadi tempat orang mencari kesembuhan malah sering jadi sasaran empuk. Bikin hati rakyat kecil rasanya seperti ditusuk jarum suntik yang tumpul. Pasien yang butuh obat murah malah harus bayar mahal karena oknum ASN sibuk menghitung uang hasil korupsi.
Yang lebih ironis, pelakunya ini ASN yang harusnya jadi panutan. Eh, panutan dalam korupsi maksudnya?
Baca juga:
Gamawan Fauzi: Semua Ada Akhirnya
|
Solusi: "Operasi Plastik Untuk Birokrasi"
Nah, daripada cuma marah-marah di media sosial, ini saatnya pemerintah Jawa Barat beraksi! Perkuat pengawasan, buat sistem transparan, dan kalau perlu, kasih kamera CCTV di tiap meja kerja ASN. Biar nggak ada lagi yang bisa ngopi sambil nge-mark-up anggaran.
Tapi nggak cukup sampai situ. ASN juga harus ikut pelatihan integritas. Ingat, jabatan itu amanah, bukan ATM pribadi! Kalau nggak sanggup jadi ASN yang jujur, ya, coba buka warung kopi aja—lebih halal, dan siapa tahu, laris manis.
Masyarakat: Detektif Amatir yang Perlu Aksi Nyata
Jangan lupa, rakyat juga bisa jadi Sherlock Holmes dadakan. Ikut awasi, laporkan kalau ada kejanggalan. Kalau selama ini suka julid di grup WA, coba pindahkan energi itu buat cari bukti korupsi. Kan lebih bermanfaat.
Korupsi, Dosa Besar yang Rasanya Lebih Pahit dari Obat Generik
Kasus RSUD Al Ihsan ini bukan cuma soal hukum, tapi soal moral. Maling ayam saja dihukum, masa maling Rp12 miliar cuma kena sidang pura-pura sedih? Semoga pelakunya segera diproses, uangnya balik, dan pelayanan kesehatan kita bisa sembuh dari "penyakit kronis" ini.
Jadi, mari kita semua belajar dari drama ini: kalau mau jadi koruptor, ingat, rakyat selalu punya "mata" dan "kuping." Jangan sampai ketahuan, kecuali memang mau masuk berita headline—bukan karena prestasi, tapi karena tragedi. (Tantular)